Postingan

Menyingkap Kekuningan Nasi Kuning

Gambar
Potret kelihaian pedagang nasi kuning, menjual sebungkus nasi kuning yang berwarna kuning. (4/9), Minggu pagi seperti biasa. Saya sudah berjalan ditengah pasar. Berbeda dari sebelum-sebelumnya, kali ini pasar ikan yang menjadi pilihan.  Amis dan becek. Kesan umum yang akan didapat di pasar ikan. Walau bau amis tersebut berlalu lalang disekitaran bulu hidung. Tapi suguhan tepi pantai yang tersaji, sudah cukup untuk memanjakan mata. Terlepas semua itu. Perut mulai berdentang minta asupan. Saya kemudian berjalan menyusuri lebih dalam pasar, barangkali ada restauran yang bisa disinggahi. Namun, saya justru mendapati etalase dengan penuh lauk-pauk terpampang.  NASI KUNING? Mendekati TKP. Masih ada seorang ibu dan anak berseragam SD, berdiri menunggu. Saya tahu bencana apa yang akan terjadi, jika saya berani menyalip. Maka dari itu mengantri adalah jalan satu-satunya. "Pakai sambal nggak?" Tanya pedagang nasi kuning ke ibu-ibu tersebut. "Nggak pak!" Jawab sang...

Vape atau Rokok?

Gambar
Mau yang mana?. Tanya teman disamping, sembari menyodorkan dua benda penyegar paru-paru. Malam minggu. Saya bersama beberapa rekan sedang bermain di kost. Menghabiskan malam dengan bermain game online. Suasana sedikit risih, karena anjing yang menggonggong diluar. Yeah. Hingga beberapa saat, kami sejenak berhenti. Untuk mengistirahatkan mata yang tegang akibat menatap layar ponsel sedari lima jam.  "Bawa cas-an nggak?" Tanya satu rekan, sembari perlahan bangkit berdiri. "Nggak" Saya membuka sebotol minuman rasa teh susu yang sudah dibeli sebelumnya. Rekan yang lain sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Baru pukul 10 malam. Mungkin sejam lagi akan pulang, pikir saya sembari melihat jam di ponsel. "Bre, mau nyobak?" Menilik kesamping. Salah satu rekan saya dengan hoodie hitam, menyodorkan sebatang lintingan tembakau atau biasa disebut rokok. Tatapannya dalam, seakan menawarkan permen karet ke anak kecil berumur lima tahun. "Nggak......

Jajan di Jalanan Sesetan, Denpasar.

Gambar
Pesanan saya segera tiba. (24/6). Siang hari, sepulang bermain layangan. Perut meronta-ronta untuk diberikan makan, dengan berat hati saya kemudian menyempatkan diri untuk mampir ke salah satu warung. Warung Buleleng. Spanduk besar, terkibas-kibas oleh angin yang berhembus. Seakan terhipnotis. Lantas saya masuk ke warung tersebut dan mendapati dua ibu-ibu dengan celemek lusuh dan bunga jepun pada daun telinga kiri. Ada seorang kantoran yang sedang makan disalah satu meja.  "Meli ape?"  "Tipat plecing satu, sambel lebih nggih bu..." Saya kemudian duduk memojok. Tepat dibawah kipas yang berputar-putar. Suasana warung sederhana yang otentik, seakan membawa saya ke tempo lama. Canang terlihat dibawah, depan warung sebelum saya masuk. Gapura kecil. Lampu yang sedikit redup, daun-daun busung berdiri dipojokkan. Wangi-wangian dupa dan spanduk teh sosro yang mulai usang. Terlepas dari situ. Fokus saya kemudian teralih, pada kelihaian ibu-ibu yang membuatkan pesa...

Mengenal OSIS. Lumbung "Pekerja" Di Sekolah

Gambar
(Sabtu, 18/6). Libur sekolah masih berlangsung. Sudah dua minggu, tapi terasa dua hari. Sore hari, setelah tidur siang tepatnya. Saya mendapati tumpukan jemuran di sofa. Bingung harus berbuat bagaimana, mungkin lebih baik saya bakar saja. Tapi dari luar halaman, terseru suara perintah untuk melipat tumpukan jemuran tersebut. Baik. Saya pun menaruh kembali bensin ke dapur. Kembali ke sofa, lalu mengambil satu persatu pakaian dan celana untuk dilipat rapih. Hingga terpaku saya, pada satu pakaian yang tak asing. Seragam putih abu-abu. Ada logo OSIS, di bagian dada kiri. Terlintas pertanyaan dibenak. Kok bisa ya? Bengek begini jadi OSIS? Jujur. Ini adalah pengalaman pertama, mengambil bagian di Organisasi Siswa Intra Sekolah. Berkelabu memori, jika mengingat-ingat sewaktu seleksi dulu. Teringat waktu semalam sebelum menjadi OSIS. Saya sampai mencari seluk beluk tentang "Organisasi Militer" tersebut. Mungkin anda yang dilema, bisa menyempatkan diri untuk membaca: A. Se...

Halo Jaket, Hoodie dan Sweater!

Gambar
Beberapa zirah untuk melindungi diri dari kerasnya hidup. Rabu (8/6), pagi hari. Saya sempat mendapat pesan WhatsApp dari kawan, untuk bersepeda bersama ke pantai, mengingat libur sekolah sudah berlaku.  Membuka lemari pakaian. Membuat diri dilema. Setelah melalui rapat departemen, akhirnya saya putuskan. Untuk memakai kaos partai berwarna putih dan celana training hitam.  Cuaca sangat panas sekarang, mengingat masih bulan Juni. Sebagai perlindungan diri dari terik matahari di pantai nanti, saya berpikir untuk juga menggunakan setelan tambahan. Namun, lagi-lagi saya dibuat bingung, karena ada tiga buah jaket tapi sedikit berbeda satu sama lain. (Pada gambar, dari atas ke bawah) *Satu tanpa resleting, namun dengan tudung kepala. *Satu tanpa resleting dan tudung kepala. *Satu lagi dengan resleting dan tudung kepala. Sejenak saya berpikir. Apa benar, mereka semua itu bernama "jaket?."  Kawan-kawan akan datang 15 menit lagi, maka sembari menunggu. Saya segera meri...

"Bincang Akhlak" Bareng Ustadz Jek.

Gambar
Potret cover dari salah satu karya tulis, Ustadz Jek. Selasa (7/6). Pagi hari saya habiskan dengan membaca satu novel, ciptaan Takdir Alisyahbana Ridwan atau biasa disebut sebagai Ustadz Jek.  Di rumah, setelah sarapan dengan mie instan ditambah nasi. Saya mulai membuka lembar halaman 73, untuk melanjutkan bacaan kemarin. Hari ini amat cerah, bahkan pukul 7 pagi. Terik matahari mulai menyengat, sebelumnya jendela dan tirai sudah saya buka agar udara bisa masuk dengan luwes, sekaligus mendapati tetangga sedang mencuci motor diluar. Kembali tentang novel. Tebal buku tersebut, hanya 233 halaman. Desain cover yang sederhana tidak berlebih, serta dengan gambar yang lucu. Membuat enak dipandang pasang mata saat terpajang diatas rak buku. Dengan judul "#BincangAkhlak," sudah terlintas dibenak. Jika novel tersebut memuat sepak terjang naik turun perjalanan akhlak Ustadz Jek. Memang dengan gaya penulisan diary, tapi fokus berbincang akhlak sang penulis. Hal yang paling uni...

5 Game Dengan Label Terpopuler Di Dunia!

Gambar
"Bang, punya game apa aja di hp?" Sore, pukul 4 tepatnya. Sanak saudara datang dengan oleh-oleh dodol rumput laut khas Lombok. Terdengar riuh dari ruang tamu sedari tadi. Kopi dan teh hangat sudah tersaji dimeja sebelum saya beranjak ke kamar untuk menyelamatkan diri. Naas. Saya malah diminta untuk mengajak bermain dua "kutu kambing". Maksudnya, dua sepupu yang masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 3. Sebut saja Ben dan Nora. Maka, disinilah sekarang. Dikamar, dengan mereka yang bisa merusak psikis saya perlahan namun pasti. Syukurlah, masih ada beberapa mainan aksi Power Ranger, tersimpan pada kardus bawah kasur. Setidaknya bisa menenangkan mereka selama beberapa menit kedepan. Sementara saya akan rebahan sambil memainkan ponsel. Sesekali saya awasi mereka, khawatir jika mereka memakan satu sama lain. "Bang, ini bisa dihidupin nggak?" Ben memanggil dengan konsol PSP berwarna hijau yang dia dapat dari kardus tersebut, Nora disamping menaruh...